Penjajahan Tiga Setengah Abad

Benarkah Indonesia dijajah Belanda tiga setengah abad lamanya? Pertanyaan ini mendadak muncul selama era Reformasi.

Sebagian kalangan menggugat anggapan ini.  Bagi mereka, yang terjadi selama tiga setengah abad bukanlah penjajahan melainkan perdagangan dengan negara asing. Indonesia (sebut saja Nusantara) masih berdaulat ketika itu. Beberapa daerah bahkan masih mengobarkan perang melawan konsep monopoli perusahaan dagang Belanda (VOC) atau memerangi tentara Kerajaan.

Seorang teman yang lulusan ilmu sejarah menguatkan bantahan tersebut. Setidaknya, kata dia, ada kelompok sejarawan yang ingin membangun konsep perjuangan Indonesia dari pondasi yang lebih optimistis. Indonesia (lagi-lagi, Nusantara) adalah negara berdaulat.  Taruh saja, Indonesia berdagang komoditas tropis seperti kopi dan kopra ke negara lain.

Namun tentangan tersebut harus diadu dengan catatan sejarah ketika pendiri negara masih memperjuangkan kedaulatan Indonesia di dunia internasional. Pada 14 Agustus 1947 di Lake Success, New York,  Amerika Serikat, Perdana Menteri Sutan Sjahrir berpidato di depan Sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa. Ia hadir di sana untuk memperjuangkan hak Indonesia yang dilanggar Belanda. Belanda mengkhianati perjanjian Linggarjati yang ditandatangani tahun sebelumnya.

Sebelum berpidato, perdana menteri bertubuh tak lebih dari 1,6 mereka tersebut diejek pejabat senior Kementerian Luar Negeri Belanda Eelco R. van Kleffens. "Mana yang Anda percaya: mereka atau orang-orang beradab seperti kami?"

Sjahrir yang dituduh sebagai golongan tak beradab mendapat giliran berpidato setelah itu. Dengan tenang ia menjawab, "Saya yakin anggota dewan dapat menilai, apakah tuduhan Belanda tersebut benar atau salah. Namun ada satu fakta yang hendak saya tekankan: pihak Belanda tidak membantah semua fakta yang terungkap pada pernyataan terakhir saya, di mana Belanda mengingkari perjanjian Linggarjati. Ketimbang membantah pernyataan saya, pihak Belanda justru mengajukan tuduhan yang tidak terbukti."

Sjahrir malah bercerita mengenai peradaban yang dibangun di Nusantara sejak seribu tahun silam ketika Majapahit berkuasa. Tentunya bukti ini menunjukkan betapa Belanda sama sekali tidak menaruh hormat pada peradaban nenek moyang Sjahrir dan seluruh anak-anak republiken.

Sjahrir menepis anggapan kemerdekaan Indonesia merupakan hadiah dari Jepang. Soalnya Belanda, perdana menteri pertama Indonesia tersebut berkata, "Penjajahan Belanda selama tiga setengah abad membuat bangsa kami mengalami kemunduran total."

Sumber: Sjahrir, Peran Besar Bung Kecil (Seri Buku Tempo: Bapak Bangsa, Kepustakaan Populer Gramedia, 2010. Halaman 94-95)


Comments

Popular Posts