Ketidakpernahselesaian Sains

Science Wars kuliah ke-18 memiliki judul yang ketika pertama kali melihatnya Saya langsung tersenyum puas. Challenging Mainstream Science from Within. Keren ga, tuh?

Mulai dengan pertanyaan ini: jika saya beri tahu bahwa ruangan ini adalah 3 pada sisi panjangnya, 3 pada sisi lebarnya, dan 3 pada sisi tingginya maka dapatkah kamu memberitahu berapa volume bangun ruang ini? Belum bisa.

Kuliahnya sendiri berisikan berbagai teori dalam sains yang berada di luar mainstream. Mavericks. Halton Arp dari astronomi, Thomas Gold dari fisika, Milford Wolpoff dari biologi.

Halton Arp lebih dikenal dengan teori pemuaian cahaya sebagai penyebab pergesaran merah, bukan pengembangan alam semesta seperti yang lazim kita tahu. Arp juga menunjukkan bahwa ada bukti pengamatan yang menunjukkan ada aliran gas yang menghubungan antara galaksi dengan quasar. Dua objek ini berjarak sangat jauh dengan teori alam semesta mengembang aliran gas tersebut tidak mungkin. Beberapa teori Arp tidak bisa dibuktikan karena astronomi lebih banyak berinvestasi di teori alam semesta mengembang.

Thomas Gold, seorang fisikawan dari Universitas Cornell, bersama Fred Hoyle dan Hermann Bondi adalah pendiri teori alam-semesta-mengembang-steady-state. Tidak cukup dengan kontroversi tersebut, ia mengusung teori minyak bumi dan gas alam sebagai hasil proses geologi dan biologi di perut Bumi. Sebagai catatan reputasinya, Gold sukses memprediksi permukaan Bulan dilapisi debu tebal. Gold mengatakan bahwa sistem peer-reviewed pada sains adalah memperkuat apa yang ia sebut "herd-instinct."

Milford Wolpoff, antroplolog dari Universitas Michigan mengusung teori alternatif bahwa Homo Sapiens di Afrika, Neanderthal di Eropa, dan Homo Erektus di Asia mengalami perkawinan silang satu sama lain yang kemudian menghasilkan manusia modern. Dari Wolpoff kita bisa menarik kesimpulan bahwa "bukti kuat" adalah samar dan terbuka untuk (selalu) diinterpretasi, namun kenyataannya teori yang menyatakan Homo Sapiens tidak pernah kawin silang dengan hominid lain menjadi doktrin yang mapan.

Sebagai tambahan mengenai kebolongan sains bisa kita lihat pada teori evolusi, teori yang mampu menjelaskan bagaimana spesies yang ada di Bumi bisa terbentuk. Hingga sekarang, jika kita mau ketat pada konstruksi ilmu pengetahuan, kita tidak pernah tahu apa sebenarnya itu spesies. Apakah spesies itu hanya konstruksi artifisial manusia saja?

Ingat juga ketika kita ingin mempelajari astrobiologi. Ketika kita ingin menemukan bukti kehidupan di luar Bumi dengan "ilmu biologi standar," kita malah bingung dengan apakah sebenarnya "kehidupan" itu?

Artinya, konsep ilmiah tidak lain adalah skema klasifikasi. Dan kita kembali ke pertanyaan manusia Yunani kuno: "apakah ke-manusia-an kita relevan untuk menemukan kebenaran di luar sana?"

Kuliah berlanjut dengan diskusi. Karena tidak ada bu Nana, maka ini menjadi kesempatan untuk bertanya kepada pak Yudi mengenai Matematika. Apakah teori-teori yang tidak lengkap ini berhubugan dengan Teorema Ketidaklengkapan Godel?

Teorema ketidaklengkapan Godel, secara kasar, dapat diartikan bahwa untuk menyelesaikan sebuah permasalahan (himpunan dalam diagram Venn, misalkan) kita akan selalu membutuhkan lingkup permasalahan yang lebih besar (himpunan yang lebih besar lagi). Pada kenyataannya, jika kita ekstrapolasi kenyataan ini maka tidak akan pernah ada solusi final. Bisa kita bayangkan bahwa universe (semesta dalam diagram Venn) adalah sebuah ketakberhinggaan.

Bagi saya, teori logika matematika ini memberi petunjukkan bahwa dalam sains sendiri tidak akan pernah ada solusi final. Jika kita menyelesaikan sebuah permasalahan maka pada saat lain akan ditemukan pula masalah baru. Hal ini akan terjadi terus menerus. Itu menjadi daya tarik sains, menurut pendapat saya lagi.

Comments

Anonymous said…
Btw, itu materi kuliah apo Nton?
Anton William said…
@viongreen
itu kuliah online tentang religion and kosmologi. kuliahnyo tiok akhir pekan di kampus..

Popular Posts