Noraknya Tayangan Pemilu TV One

Bagi yang menonton TV pada hari Pemilu Legislatif kemungkinan anda juga melihat tayangan TV One. Dengan tayangan Pemilu 40 jam tanpa henti TV One benar-benar berusaha tampil beda. Tapi norak!


Jam satu siang TV One menayangkan langsung penghitungan suara dari studio 5. Puluhan orang penonton ditambah 3 orang pembawa acara berada satu panggung menatap angka perolehan masing-masing partai yang ditampilkan di layar besar. Lalu diteriakkanlah nama partai satu per satu menurut persentase perolehan suara.

"Peringkat 1 ada PDIPeeeeee," kata pembawa acara.
"Yeeeeeee," sahut penonton rame sambil tepuk tangan.
"Peringkat 2 ada Partai Golkaaaar," lanjut pembawa acara.
"Yeeeeeee," penonton tepuk tangan lagi.

Peneriakan nama partai dilanjutkan sampai peringkat sepuluh, penonton membalas dengan teriakan dan tepuk tangan yang tingkat ke-rame-annya berkurang secara eksponensial terbalik. Konyolnya, data yang disebutkan didapat dari hasil hitung cepat dengan jumlah data masuk baru 1 permil alias 0,1%. Gebluk dah.

Saya rasa TV One sedang menghina kecerdasan diri sendiri.

Pertama, hitung cepat bukanlah hitungan sebenarnya jadi tak usahlah terlalu senang semacam itu.

Kedua, peringkat partai pada menit-menit awal akan sangat ditentukan dari daerah mana sampel berasal. Jika pada saat yang bersamaan ada lembaga survei lain yang menerbitkan hasil hitung cepat maka pastilah peringkat partainya berbeda. Peringkat hitung cepat biasanya baru akan stabil setelah sampelyang terkumpul melewati persentase tertentu dari keseluruhan sampel (misal 30% sampai 40%). Kejar mengejar posisi biasanya terjadi karena perbedaan suara partai-partai berada dalam rentang kesalahan. Mungkin lembaga survei tidak memberitahu TV One perihal kestabilan data dan rentang kesalahan ini.

Ketiga, itu baru 0.1%, geto loooh, amat-sangat-tidak-signifikan dan usahlah keplak-keplok.

Setelah itu TV One mengikuti perkembangan hitung cepat sambil berdiskusi dengan narasumber. Parahnya, setiap pertambahan sampel (biasanya 5%-an), pembawa acara langsung senang dan menanyakan implikasinya pada narasumber. Hallooouw.. jangan lebai deh, kenapa tidak kamu tunggu saja sampel hitung cepat terkumpul 80% atau 90% baru minta komentar? Ini bukan pacuan kuda dimana setiap detik yang berjalan begitu signifikan terhadap hasil lomba. Hitung cepat hanyalah tabulasi suara secara cepat!

Tampil beda bukan berarti dengan cara tampil bodoh, toh?

Seharusnya TV One jangan mencoba hal norak seperti ini lagi. Selain bisa membodohi diri sendiri, hal ini juga membodohi masyarakat. Cukuplah caleg-caleg tak bermoral yang melakukan pembodohan.

Tayangan "pesta demokrasi yang seru" bisa dibikin dalam format lain yang lebih mendidik dengan pemahaman ilmiah yang oke Anda punya tim kreatif, kan?

Comments

edwards said…
Di Metro TV juga mirip-mirip lah jeleknya -_-
Anton William said…
RCTI beda lagi, sambil nunggu hasil hitung cepat mereka nayangin senetron dan inpotainmen.

Kaga ada yang bener... *geleng2*
Unknown said…
kalo SCTV? maklum cuma bisa nonton sctv..pas ngelihat salah satu acara quick countx gw pikir lebih mendingan.setidakx dia menghadirkan narasumber dari lembaga survei, jadi kita2 tau gimana si quick count dan validitasx.begitulah media..
Anton William said…
@ayu: Iya, SCTV dan RCTI punya kualitas tayangan hitung cepat yang bagus. Ada pembahasan umum dari narasumber.

Malahan RCTI memperkenalkan konsep lain yaitu exit poll. Exit poll RCTI dirilis 3 hari setelah pemilu.
pinah said…
sampe sekaran itung2an pemilu belom beres...

tambah rame ama koalisi. pernah liat kartunnya kompas ga, si benny en mice. lagi enaknya pendukung dua partai gontok2an, eh partai yang didukung mereka malah berkoalisi :-))
Anton William said…
@pinah
iya, aku liat kartun benny en mice yang itu. parpol seenaknya koalisi. ideologi sudah mati. anything goes...

Popular Posts