Pengukuran Derajat Keterkenalan Secara Kuantitatif

Derajat keterkenalan atau popularitas dapat diukur dengan cepat dan mudah. Schulman (1999) menyebutkan bahwa keterkenalan dapat diukur menggunakan mesin pencari elektronik. Schulman mengusulkan Monica Lewinsky sebagai standar pembanding keterkenalan. Keterkenalan seseorang dapat diukur dengan tepat dengan membandingkan jumlah laman pada mesin pencari untuk nama orang tersebut dengan jumlah laman pada mesin pencari untuk nama Monica Lewinsky.

Pengukuran keterkenalan tokoh-tokoh Indonesia dapat kita lakukan dengan menerapkan metode yang diusulkan oleh Schulman. Dengan mengisolasi wilayah geografis informasi Indonesia maka kita dapat melakukan pencarian khusus jumlah laman untuk halaman berbahasa Indonesia yang memuat nama seorang tokoh kemudian membandingkannya dengan standar pembanding keterkenalan. Kami mengusulkan Dian Sastrowardoyo sebagai standar pembanding keterkenalan Indonesia.

Metode
Persepsi manusia terhadap stimulus tidak linier melainkan berbanding lurus secara logaritmik. Sebagai contoh bintang bermagnitudo 1 adalah 2.51 kali lebih terang dibandingkan dengan bintang bermagnitudo 2, yang mana lebih terang 2.51 kali dari bintang bermagnitudo 3. Hubungan seperti demikian disebut logaritmik. Banyak saintis pada akhir abad ke-19 percaya bahwa respons terhadap sensasi penglihatan, bau, rasa, dan sentuhan adalah logaritmik. Untuk itu diusulkan Hukum Weber-Fechner untuk persepsi manusia juga berlaku untuk keterkenalan, misalkan orang yang tergolong sebagai selebritas kelas A akan sepuluh kali lebih terkenal dibandingkan orang yang tergolong selebritas kelas B (Schulman 2006).

Kami menggolongkan orang dari berbagai bidang sebagai fungsi keterkenalan dengan standar logaritmik nasional untuk keterkenalan, dalam satuan Tk yang dirumuskan sebagai:

Derajat Keterkenalan(Tk) = 10 log Laman[tokoh]/Laman[Dian Sastrowardoyo]

di mana Laman[tokoh] adalah jumlah Laman untuk sebuah nama, Laman[Dian Sastrowardoyo] adalah jumlah laman untuk nama Dian Sastrowardoyo sebagai standar pembanding keterkenalan. Kami mendefinisikan Derajat Keterkenalan Dian Sastrowardoyo berada dalam kelas B yaitu sebesar 0 Tk. Tokoh-tokoh lain akan digolongkan ke dalam berbagai kelas dengan ketentuan sebagai berikut:

Kelas A, Derajat Keterkenalan > +5 Tk
Kelas B, -5 Tk < Derajat Keterkenalan < +5 Tk
Kelas C, -15 Tk < Derajat Keterkenalan < -5 Tk
Kelas D, -25 Tk < Derajat Keterkenalan < -15 Tk
Kelas E, -35 Tk < Derajat Keterkenalan < -25 Tk
Kelas F, -45 Tk < Derajat Keterkenalan < -35 Tk
Kelas H, Derajat Keterkenalan < -45 Tk

Hasil
Tabel di bawah adalah penggolongan untuk 36 orang tokoh Indonesia dengan pencarian menggunakan google.co.id untuk halaman berbahasa Indonesia yang dilakukan pada tanggal 15 Desember 2008.
 

Diskusi
Penelitian menunjukkan bahwa tokoh yang bergerak di bidang politik cenderung memiliki Derajat Keterkenalan yang tinggi. Hal ini dimungkinkan karena aktivitas politik memiliki urgensi yang dominan di masyarakat. Selain itu mungkin terdapat kecenderungan bagi tokoh-tokoh politik untuk mengekspos diri sendiri untuk mendongkrak Derajat Keterkenalan, biasa disebut popularitas, menjelang pemilu 2009.

Akademisi cenderung memiliki Derajat Keterkenalan yang rendah patut menjadi sorotan. Beberapa kemungkinan yang dapat dipakai untuk menjelaskan hal ini antara lain:
1.      Posisi akademisi kurang menarik bagi masyarakat. Hal ini mengkhawatirkan mengingat negara-negara maju atau yang berkeinginan untuk maju memiliki penghargaan dan pengenalan yang tinggi atas tokoh-tokoh akademik
2.      Akademisi cenderung sibuk dengan kegiatan penelitian dan pendidikan sehingga jarang melibatkan diri untuk lebih memperkenalkan bidang ilmu yang dimilikinya ke masyarakat
3.      Koneksi internet di kampus-kampus lebih banyak digunakan untuk mengunduh konten-konten multimedia dari situs-situs file sharing atau berselancar di situs sosial networking ketimbang kegiatan sosialisasi bidang keilmuan
4.      Tampilan website kampus atau lembaga penelitian jelek dan hanya dikunjungi ketika ada informasi lowongan kerja saja
  
Metoda yang kami usulkan dapat digunakan untuk panduan dalam memprediksi hasil pemilu 2009. Penelitian yang rutin dan berkesinambungan akan memberikan gambaran yang objektif mengenai perubahan Derajat Keterkenalan tokoh politik yang berambisi menduduki kursi kepresidenan. Patut dipertimbangkan pula bahwa Agnes Monica jauh lebih terkenal jika dibandingkan dengan kandidat presiden seperti Wiranto, Gus Dur, Prabowo, dan Sri Sultan. Jika Derajat Keterkenalan Agnes Monica terus meningkat hingga waktu pencalonan presiden maka ia layak menjadi pesaing kuat SBY atau JK.

Simpulan
Mesin pencari Google adalah media yang mudah dan efisien dalam penentuan popularitas tokoh-tokoh Indonesia.

Pustaka
E. Schulman, Can Fame Be Measured Quantitatively?, Annals of Improbable Research, vol. 5, no. 3, 1999
E. Schulman, Measuring Fame Quantitatively: What Does it Take to Make the ‘A’ List?,  Annals of Improbable Research, vol. 12, no. 1, 2006

Comments

Anonymous said…
Lhah, kesimpulannyo ... :lol:
Kalau pake Yahoo!Search dan MSN kumaha?

Popular Posts