Dosen Fisika Kuantum yang Menerapkan Fisika Klasik

Terkenallah seorang dosen kuliah Fisika Kuantum. Beliau orang yang pandai, memiliki empati tinggi, dan lugas. Kelas Fisika Kuantum selalu diadakan pada hari Rabu pukul 09.00 dan hari Jumat pukul 13.30, setiap tahun.

Beliau cukup sewot waktu tahu kalau kelas Fisika Kuantum akan ditiadakan di ITB. Ya jelas lah! Fisika kuantum adalah landasan bagi semua teknologi yang kita gunakan saat ini. Komputer, kamera dijital, LCD, handphone, sebut saja semua gadget yang kita gunakan sehari-hari. Memang akhirnya Fisika Kuantum masih bertahan di ITB.

Bapak dosen Fisika Kuantum ini pernah bertemu dengan Stephen Hawking, "Tapi saya tidak kagum dengan Hawking" ucap beliau. Bapak Dosen Fisika Kuantum ini juga berhasil meraih Habibie Award. Bapak ii tampak lebih kagum dengan Planck, Bohr, Einstein, dan Heisenberg. Luar biasa memang si Bapak Dosen iaika Kuantum ini.

Fisika Kuantum berbeda dengan Fisika Klasik, ajar Bapak Dosen Fisika Kuantum. Dalam fisika klasik jika suatu paket energi bergerak menuju tembok potensial yang energinya lebih tinggi maka paket energi tersebut tidak akan pernah berhasil melewati tembok tersebut. Hal ini bisa diibaratkan seperti bola tenis yang kita benturkan ke tembok, maka bola tenis iu tidak punya kesempatan untuk menembus tembok tersebut, bola tenis akan dipantulkan kembali menjauhi tembok.

Fisika kuantum memberikan harapan bagi perkembangan teknologi. Dalam fisika kuantum suatu paket energi masih bisa melewati tembok potensial yang memiliki energi lebih besar dibandingkan paket energi. Jadi dalam fisika kuantum, bola tenis yang kita lemparkan ke arah tembok masih bisa melewati tembok tersebut.

Dalam astronomi, konsep fisika kuatum ini diterapkan pada proses reaksi nuklir bintang. Ternyata reaksi nuklir pada bintang yang tadinya tidak mungkin menurut fisika klasik masih diijinkan dalam fisika kuantum. Di sini kita akan mengenal konsep penerowongan (tunnelling) yang diperkenalkan oleh George Gamow. Matahari "bisa menyala" karena fisika kuantum :D.

Nah, kelas Fisika Kuantum yang diselenggarakan oleh bapak Dosen Fisika Kuantum ternyata menerapkan konsep fisika klasik. Bapak Dosen Fisika Kuantum menetapkan bahwa jika beliau sudah masuk ke kelas maka tidak boleh ada satu mahasiswapun yang boleh menembus penghalang potensial yang bernama "pintu kelas". Beberapa mahasiswa masih mencoba untuk menerapkan konsep fisika kuantum, caranya dengan membuka pintu tersebut dan komat-kami mengucapkan alasan mengapa mahasiswa sampai terlambat. Proses berkomat-kamit ini kita sebut sebagai proses penerowongan, dan proses ini tidak pernah berhasil! Wahahahaha..

Saya paham bahwa apa yang dilakukan oleh Bapak Dosen Fisika Kuantum adalah untuk mengajarkan disiplin ke mahasiswanya. Namun ada bebarapa hal yang saya agak sesalkan. Misalnya kalau si bapak datang lebih awal dari waktu kuliah yang ditetapkan. Akibatnya banyak mahasiswa yang tertahan di pintu kelas dan bergumam tidak jelas. nah untuk kasus ini sebaiknya bapak Dosen Fisika Kuantum mengenal konsep fisika instrumentasi tentang kalibrasi waktu. yang saya maksud; sebaiknya mahasiswa dan Bapak Dosen Fisika Kuantum mengkalibrasi waktu yang mereka punya. Ini demi mahasiswa dan bapak Dosen Fisika Kuantum berada dalam kerangka acuan yang sama, kerana menurut Einstein ruang dan waktu tidak dapat dipisahkan, mereka harus berada dalam satu kesatuan yaitu ruang-waktu.

Ya, hari ini saya datang ke kelas lima menit sebelum pukul 13.30, tapi kelas sudah tutup, tinggallah saya melangkah gontai menuruni tangga labirin GKU barat. Huhuhuhu...

Comments

Edwards said…
Halah... cerita panjang lebar...
Kenapa gak tulis aja di blog: HARI INI SAYA NDAK BISA IKUT KULIAH FISTUM KARENA TELAT :lol:
Anonymous said…
si bapak dosen dulu ngambil fisika instrumentasi ga ya? mungkin kebanyakan ngambil kuliah teori kali ye? :P
Anonymous said…
Hahahahaha,,,
saya lagi kuliah fisika kuantum,,,
keknya saya tau siapa bapak yang dimaksud,,,

Popular Posts